Jumat, 07 Agustus 2015

SEBAB MEKARMU HANYA SEKALI (part.10)


SAHABAT SEJATI DAN LINGKUNGAN PERGAULAN

Setelah kau lakukan kewajiban hijab, maka paling tidak
telah kau pasang sebuah perlindungan awal dan mendasar
untuk mulai menapak masuk ke dalam kehidupan yang
semakin rumit.
Tentu saja kau tak harus berjuang sendirian di
sana. Sebab, hanya dengan teman serta lingkungan yang
baiklah, maka kau akan mampu untuk mempertahankan nilainilai
agama yang selama ini telah kau pegang. Janganlah
pernah berhenti mencari sebuah pertemanan tulus serta
lingkungan yang baik demi keselamatan agamamu dan
kesucian dirimu. Karena siapa pun tak akan sanggup bertahan
sendirian di tengah arus perubahan zaman yang begitu cepat.
Kau akan tetap membutuhkan seorang teman serta
lingkungan yang tepat untuk bisa memperbaiki kualitas hidup
serta imanmu di masa-masa yang akan datang. Ingatlah,
bahwa tidak semua orang bisa kau jadi-kan sahabat atau
teman. Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini
melalui lisannya yang suci:

اَلْمَرْءُ عَلَى دِیْنِ خَلِیْلِھِ فَلْیَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ یُخَالِلُ.
"Seseorang itu tergantung perilaku dan kebiasaan temannya,
maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan
dengan siapa ia akan berteman."
(HR. Abu Dawud, no. 4833 dan at-Tirmidzi)

Dan dengarlah wahai putriku! Bahwa sebaik-baik
persahabatan itu adalah yang bisa memberikan manfaat
bagimu di bidang agama sekaligus dunia. Bahkan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam sendiri mempertegas perlunya
sikap kehati-hatian di dalam memilih teman dengan sabdanya:

لاَ تُصَاحِبْ إِلاَّ مُؤْمِنًا وَلاَ یَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلاَّ تَقِيٌّ.
"Janganlah bersahabat, kecuali dengan orang yang beriman,
dan janganlah makan makananmu, kecuali orang yang
bertakwa."
(HR. Abu Daud, no. 4837, dan at-Tirmidzi, no.2395)

Seorang remaja putri yang baik sepertimu, bukan tak
mungkin akan bisa terpengaruh oleh seorang sahabat yang
buruk akhlak dan moralnya. Sungguh, sahabat seperti itu
hanya akan membawamu pada kondisi yang menjerumuskan.
Bahkan tidak mustahil, melalui lingkungan pergaulan
semacam itu pada akhirnya akan memunculkan paradigma-paradigma
‘modern’ yang menyesatkan seperti; istiqamah itu
kuno, jilbab itu hanya tradisi, serta pandangan kampungan,
bahwa ‘budaya maju’ itu justru pelaksanaan ikhtilath, tabaruj,
serta mempertontonkan kemolekan dan kecantikan tubuh
pada siapa saja dengan melepas-kan baju-baju takwa (hijab).
Begitulah! Sehingga tanpa terasa dan dengan perlahan-lahan,
kau mulai tertarik dengan semua argumen manis dan ‘masuk
akal’ itu, untuk kemudian tanpa sadar mulai melaksanakannya
sedikit demi sedikit. Tanpa pernah menyadari bahwa budaya
baru itu sebenarnya merupakan rekayasa cermat dan
terencana dari musuh-musuh Allah Subhaanahu wa ta'ala
untuk menyeretmu ke dalam jurang kenistaan. Dan pada
akhirnya kelak kau akan menyesalinya. Namun saat itu
penyesalan tidak lagi berguna.

Allah Subhaanahu wa ta'ala berfirman,
یَا وَیْلَتَا لَیْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِیلًا ( 28 ) لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ
الشَّیْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
"Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak
menjadikan si fulan itu sebagai teman akrab (ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Qur'an
ketika al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan setan itu
tidak mau menolong manusia. "
(Al-Furqan: 28-29).

Sungguh, jangan pernah sekali-kali kamu mencoba
untuk berteman dengan seseorang yang rendah ilmu agama
serta akhlaknya kecuali bila kamu berada pada posisi yang
lebih kuat untuk bisa memberinya nasehat serta peringatan.
Sebab telah diwajibkan pada siapa pun untuk mengajarkan
kebaikan serta menghalangi tindak kemungkaran sebatas
kemampuan yang ada. Dan Allah Subhaanahu wa ta'ala telah
menjamin mereka –orang-orang yang beramar ma’ruf nahi
mungkar- itu sebagai golongan dari orang-orang yang
beruntung.

Allah Subhaanahu wata'ala berfirman,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ یَدْعُونَ إِلَى الْخَیْرِ وَیَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَیَنْھَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ
ھُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru pada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf serta
mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang
beruntung."
(Ali Imran: 104)

Dan di dalam kondisi masyarakat yang sudah tidak lagi
mempertimbangkan nilai akhlak serta masalah syariat sebagai
landasannya, maka tidak ada cara lain untuk menggapai
keselamatan itu selain terus berupaya memperkuat
pertahanan iman dari dalam diri sendiri. Inilah faktor yang
paling penting dan sangat menentukan bagi berhasil atau
tidaknya perjalananmu melalui tahapan ini.

0 komentar:

Posting Komentar